Laman

Sensasi dan Perasaan

TTP (5) - Perbuatan
 
Indera-indera yang dimiliki manusia menghasilkan sensasi-sensasi yang kemudian diolah di pikiran, dan kemudian diubah menjadi perasaan-perasaan di dalam dada. Reaksi manusia terhadap perasaan-perasaan ini bisa berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan inilah yang menjadikan karakteristik manusia satu berbeda dengan manusia lainnya.
 
Agar pengamatan terhadap sensasi dan perasaan ini bisa berjalan secara murni, maka manusia harus mengambil jarak tertentu terhadap sensasi dan perasaan tersebut. Ibarat orang yang membaca, terlalu dekat ataupun terlalu jauh dari obyek yang dibaca akan menyebabkan pengamatan yang tidak jelas dan tidak fokus. Seorang perenung harus bisa memisahkan dirinya dari sensasi dan perasaan yang ditimbulkan indra-indranya. Tidak boleh terlalu larut dalam suatu sensasi dan perasaan, juga tidak boleh terlalu jauh.
 
Tugas seorang perenung adalah menandai segala bentuk sensasi dan perasaan yang terjadi. Bukan hanya sekedar mengamati, karena mengamati saja akan menimbulkan jarak terlalu jauh sehingga menjadi kurang efektif. Juga tidak boleh terlalu dekat karena bisa mengacaukan pengamatan, tetapi cukup menandai dengan netral semua sensasi dan perasaan yang terjadi. Ada tiga macam penandaan terhadap sensasi atau perasaan:
  1. Perasaan yang menyenangkan. Perasaan ini akan menimbulkan keinginan untuk pengulangan. Ketidakmampuan menandai perasaan ini bisa mengakibatkan timbulnya keserakahan.
  2. Perasaan yang tidak menyenangkan. Perasaan ini menimbulkan keinginan untuk menghindari. Ketidakmampuan menandai perasaan ini bisa mengakibatkan timbulnya kebencian.
  3. Perasaan yang diabaikan. Sesuatu yang bukan-menyenangkan dan bukan tidak-menyenangkan akan cenderung diabaikan. Jika perasaan yang diabaikan adalah perasaan yang penting, maka mengabaikan perasaan ini akan mengakibatkan ketidak pekaan. Ketidakmampuan menandai perasaan ini bisa mengakibatkan pencitraan diri yang salah, pengertian yang salah, ataupun kebodohan.
Pencitraan yang salah adalah sesuatu yang sukar disadari oleh seseorang, terutama karena ini termasuk akibat dari perasaan yang cenderung diabaikan. Seseorang senang mencitrakan dirinya dengan sosok tertentu, atau kualitas tertentu. Di satu sisi ini adalah bagus sebagai cara memotivasi diri, tetapi di lain sisi ini bisa menjadi penyangkalan terhadap potensi diri yang asli, potensi diri yang sesungguhnya. Pencitraan diri yang salah bisa berkembang menjadi kepalsuan diri, bahkan kemunafikan yang akut, yang akan semakin sulit untuk disadari dan diluruskan kembali. Tetapi dengan penuh kesadaran, seseorang yang biasa menandai dalam batinnya setiap objek atau sensasi yang muncul dari pintu-pintu indra, maka orang tersebut akan dapat sedikit demi sedikit membebaskan dirinya dari keterikatan terhadap pencitraan yang salah ini.
 
Adapun kebodohan dan pengertian yang salah adalah hal yang umum yang terjadi akibat dari mengabaikan perasaan-perasaan yang dianggap tidak penting. Pada dasarnya tidak ada perasaan yang tidak penting, semua perasaan adalah penting. Semakin dalam tingkat perenungan seseorang, maka perasaan sekecil apapun menjadi penting untuk dicatat. Bukankah biasanya orang tersandung oleh batu yang kecil, dan bukan oleh batu yang besar? Kebodohan adalah akibat dari ketidak pedulian, sedangkan pengertian yang salah adalah akibat dari kekurang pekaan, dan keduanya muncul dari ketidak mampuan untuk mengetahui apa yang seharusnya diketahui. Maka membiasakan diri untuk menandai dalam batin terhadap setiap objek yang muncul dari keenam pintu indra akan sangat menolong dalam mengusir kecenderungan terhadap kebodohan dan kesalahan pengertian ini.
 
Sekali lagi, perenungan terhadap perbuatan, baik itu terhadap perbuatan khusus atau amalan, maupun terhadap alat-alat untuk melakukan perbuatan, yaitu indra-indra manusia, akan meningkatkan kualitas dari perbuatan itu sendiri. Dan selanjutnya peningkatan kualitas perbuatan, akan meningkatkan kualitas pikiran. Dan akhirnya peningkatan kualitas pikiran akan meningkatkan kualitas dari perenungan itu sendiri. Dan ini akan membentuk suatu efek spiral positif yang akan membawa manusia menjadi lebih baik.
 
Referensi: sebuah buku saku tipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]