Laman

Proses vs Hasil Dari Perenungan

Tujuh Tingkat Perenungan (3) - Perbuatan

Niat yang benar, disertai dengan ketekunan dan kesabaran, akan membawa seseorang ke jalan yang benar. Istilah yang umum adalah ada kemauan pasti ada jalan. Seseorang yang telah menetapkan dirinya untuk menjadi seorang perenung, akan selalu menggunakan waktunya untuk merenungkan semua yang terjadi. Tidak ada satupun kejadian atau kegiatan yang lepas dari unsur perenungan. Kesadaran akan sebab akibat dari suatu perbuatanpun akan semakin meningkat, dan semakin jauh daya jangkauan dan daya nalarnya.

Hasil dari perenungan sendiri akan sangat bervariatif dari saat ke saat. Adakalanya perenungan singkat akan memberikan hasil yang luar biasa besar, atau yang sering dikatakan sebagai pencerahan. Adakalanya sebuah perenungan panjang seolah-olah tidak menghasilkan apa-apa, seakan-akan hanya berputar-putar di tempat saja. Tetapi apa yang kelihatan, bukan berarti itulah yang sesungguhnya atau bukan berarti itulah semuanya. Seringkali sesuatu yang kelihatan adalah hasil dari hal-hal yang tidak kelihatan. Seringkali suatu hasil itu ternyata akibat dari perbuatan-perbuatan sebelumnya yang seolah-olah tidak ada hubungannya sama sekali. Ibarat orang menebang pohon tanpa tahu setebal apa pohon itu. Berkali-kali tebasan seolah tidak menggoyahkan pohon itu. Tapi di lain waktu, hanya dengan satu tebasan pohonpun tumbang.

Adalah manusiawi jika seseorang menjadi jenuh melakukan sesuatu yang tampaknya tidak ada hasilnya. Dan tak jarang pula orang yang berhenti justru pada saat di ujung perjuangannya. Untuk mengatasi hal seperti ini, maka cara pandang terhadap proses dan hasil yang harus dirubah. Bahwa proses adalah lebih penting daripada hasil. Bahwa proseslah yang seharusnya menjadi tujuan, dan hasil hanyalah sekedar bonus belaka. Ibarat sebuah pohon, proses adalah batang utamanya yang harus selalu dikembangkan, sedangkan hasil adalah cabang, ranting, daun, dan buahnya, yang otomatis akan dihasilkan selama batang utamanya bagus. Sebuah proses perenungan tidaklah harus selalu menghasilkan suatu karya yangnyata. Tetapi karya yang nyata dengan sendirinya akan tercipta dari suatu proses perenungan, dimana karya nyata itu sangat tergantung kepada karakteristik manusianya, atau profesi manusianya masing-masing.

Proses harus yang menjadi tujuan dan proseslah yang harus berkembang. Dalam prakteknya, ini bisa tercapai jika seseorang bisa menemukan suatu kesenangan selama proses berjalan. Proses perenungan berarti berada di alam perenungan. Jika seseorang menikmati keberadaannya di alam perenungan, maka proses perenungan tidak akan pernah menjemukan. Alam perenungan justru menjadi suatu tempat tujuan yang selalu ingin dikunjungi. Maka segala bentuk hasilpun hanyalah sekedar bonus belaka. Perasaan senang di alam perenungan ini bukan berarti akan membuat seseorang lupa untuk berkarya di alam nyata. Justru sebaliknya, seseorang yang senang di alam perenungan, hasil karya nyatanya akan lebih maksimal, karena dilandasi oleh rasa keikhlasan yang tinggi dan murni.

Alam perenungan dan alam nyata berjalan paralel. Alam perenungan membuat pemahaman seseorang terhadap alam nyata semakin bermakna dan berwarna. Semakin dalam alam perenungan seseorang, semakin dalam pengertian seseorang tentang alam nyata, semakin bermakna, semakin berwarna. Inilah beda alam perenungan dengan alam khayalan, yang satu mendekatkan dengan alam nyata, yang satunya justru menjauhkan. Apalagi jika alam khayalan ini dibentuk dengan bantuan obat-obatan yang membuat kecanduan dan merusak fisik. Ungkapan agama adalah candu timbul dari ketidakpahaman terhadap kedua alam yang berbeda ini.

Dengan melakukan suatu amalan atau janji perbuatan baik tertentu yang disenangi, maka diri akan semakin terbiasa untuk berkonsentrasi terhadap salah satu jenis renungan. Kebiasaan perenungan tertentu ini akan memicu kemampuan untuk melakukan perenungan secara keseluruhan. Maka perenunganpun akan meningkat bukan hanya terhadap amalan yang ditekuni, melainkan juga terhadap seluruh perbuatan yang telah, sedang, maupun yang akan dilakukan. Seseorang akan semakin mengerti dengan segala sebab akibat dari semua perbuatannya sendiri. Sehingga dia menjadi semakin bisa memilih dan mengendalikan perbuatan mana yang akan dilakukan selanjutnya. Sehingga dia akan menjadi pribadi yang semakin baik dari waktu ke waktu.

Perenungan terhadap perbuatan akan memperbaiki kualitas dari perbuatan, dan sebaliknya, perbaikan kualitas perbuatan akan memperbaiki kualitas dari perenungan. Dan selama tidak ada faktor-faktor lain yang mengganggu, maka proses timbal balik ini akan terus berlangsung menjadi suatu gerakan spiral positif, yang membawa seseorang ke arah yang lebih baik, saat demi saat.

Referensi: sebuah buku saku tipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]