Laman

Mengenali Kecenderungan Pikiran

TTP (10) - Pikiran
Setelah memahami dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan hambatan dalam berkonsentrasi, yang merupakan gangguan yang berasal dari luar pikiran, maka fokus dari konsentrasi selanjutnya ditujukan kepada pengendalian dari pikiran itu sendiri. Dan agar bisa mengendalikan pikiran, maka seseorang perlu untuk mengetahui kecenderungan dari pergerakan pikiran itu sendiri.

Kecenderungan dari pergerakan pikiran antara lain adalah:
  1. Mengingat-ingat masa lalu, seringkali berkaitan dengan ketidakpuasan yang menimbulkan kegelisahan.
  2. Membayangkan masa depan, ditimbulkan oleh keinginan dan harapan.
  3. Kemalasan, pikiran menjadi kosong dan susah berkonsentrasi, kebanyakan disebabkan oleh suatu kelemahan, kelelahan, atau rasa mengantuk.
  4. Terlalu aktif, pikiran bergerak liar ke sana ke mari dengan cepat dan susah untuk dikendalikan, ini disebabkan oleh semangat yang berlebihan, yang bisa juga disebabkan karena kurang istirahat.
  5. Terlalu terpaku ke sesuatu hal, ini akibat dari keserakahan karena ingin untuk selalu mengulangi sesuatu yang dianggap menyenangkan, dan bisa juga sebaliknya, yaitu terlalu terpaku kepada hal yang tidak disenangi atau dibenci.
Dengan mengenali kecenderungan pergerakan dari pikiran, maka seseorang bisa menjadi semakin waspada dalam menjaga konsentrasinya terhadap objek dari perenungannya. Objek perenungan bisa berupa apa saja yang dipandang bermanfaat.

Misalkan yang menjadi objek perenungan itu adalah sebuah permasalahan, maka pikiran yang terkendali akan membantu seseorang untuk fokus terhadap permasalahan tersebut dan bisa berpikir dengan logika yang murni, sehingga bisa dengan jelas menguraikan permasalahan dan mencari solusinya. Pikiran yang tenang dan terkendali juga akan membawa seseorang ke alam intuisi sehingga tidak jarang akan menemukan jawaban permasalahan yang sebelumnya tidak terpikirkan sama sekali, dan lebih lanjut, bisa membawa seseorang ke alam ‘rasa’, alamnya jiwa, sehingga bisa melihat dengan jelas segala sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan tdrsebut.

Memasuki alam ‘rasa’ akan menjadi sangat bermanfaat apabila objek perenungannya adalah Tuhan, yang menjadi fokus dalam sebagian besar ritual-ritual amalan peribadatan. Keberadaan Tuhan yang sedemikian agung menjadikannya mustahil untuk dapat dijangkau dengan pikiran semata.
Referensi: sebuah buku tipis
Artikel terkait:
Merubah Sakit Menjadi MotivasiTTP (1)

Merubah Sakit Menjadi Motivasi

TTP (9) - Pikiran
Semua orang pasti pernah merasakan sakit dan rasa sakit. Sayangnya kebanyakan orang lebih cenderung untuk menghindari rasa sakit tersebut ketimbang menghadapinya. Kebanyakan orang lebih suka menggunakan obat-obatan untuk menahan rasa nyeri. Padahal dengan metode perenungan, seseorang bisa mencari asal dari rasa sakit langsung ke sumbernya, menguraikan satu persatu keruwetan yang biasanya terjadi di sekitar rasa sakit tersebut, dan mengambil kesimpulan dan ikhtiar untuk menyelesaikan semua permasalahan yang berkaitan dengan rasa sakit tersebut, baik permasalahan yang bersifat fisikal belaka, maupun permasalahan yang berhubungan dengan pikiran dan jiwa. Dengan cara seperti ini seseorang bisa membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap obat-obatan yang tidak perlu.

Sakit adalah penghambat yang paling umum dari seorang perenung. Terkadang karena satu dan lain hal, seseorang yang sakit menjadi sulit untuk pulih kembali seperti sediakala, dan terpaksa merasakan suatu rasa sakit seumur hidupnya. Akan tetapi biarpun begitu, hal tersebut tidaklah boleh dijadikan penyebab seseorang untuk tidak bisa berkonsentrasi lagi dalam melakukan perenungan yang dalam. Justru inilah salah satu cobaan ujian yang harus bisa diatasi dan dilampaui oleh seorang perenung. Salah satu cara yang paling baik untuk mengatasinya adalah dengan merubah sakit, dari sebuah hambatan menjadi sebuah motivasi. Keinginan mengatasi rasa sakit bisa menguatkan tekad seorang perenung untuk melakukan perenungan yang jauh lebih dalam lagi.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan di kemampuan survival dan adaptasinya. Kemampuan inipun bisa diterapkan di dalam mengatasi rasa sakit. Yaitu dengan memusatkan perhatian kepada rasa sakit tersebut, dengan membulatkan tekad dan keinginan untuk menyembuhkan diri sendiri, dengan cara langsung merasakan dan mengamati ke pusat dari rasa sakit itu sendiri. Maka lama kelamaan, rasa sakit akan terasa biasa saja, dan obat-obatanpun bisa berangsur-angsur ditinggalkan dan hanya dipergunakan secara temporary saja. Bagi orang yang sudah terbiasa melakukan perenungan dengan media rasa sakit, maka rasa sakit tidak lagi menjadi suatu penderitaan, melainkan justru menjadi blessing in disguise. Rasa sakit bisa dijadikan suatu motivasi untuk melakukan perenungan lebih dalam lagi.
Referensi: sebuah buku tipis
Artikel terkait:
Hambatan Dalam Berkonsentrasi
TTP (1)
[Ke Atas]