Laman

Mencari Teman Seidealisme

Manusia itu makhluk sosial, senang berteman, bukan hanya teman kumpul-kumpul, teman bercanda, teman bekerja, tapi juga teman se-idealisme. Biasanya, sejauh apapun perbedaan seseorang, jika idealismenya sama, maka akan jadi teman yang akrab. Tetapi anehnya, jika bertemu dengan orang lain yang idealismenya tidak sama, atau bahkan berlawanan, maka tidak jarang akan terjadi perselisihan. Bahkan tak jarang akan terjadi tawuran, baik di dunia nyata, maupun di dunia maya. Nah, kenapa orang senang mencari teman se-idealisme dan bermusuhan dengan yang berlawanan idealismenya?

Salah satu teori yang mungkin bisa dihubung-hubungkan untuk menjelaskan pertanyaan di atas mungkin adalah teori Zona Nyaman. Setiap orang saat ini pasti sedang berada di zona nyamannya sendiri-sendiri, disadari ataupun tidak, diakui ataupun tidak, disukai ataupun tidak. Sangat jarang ditemukan orang yang sedang berusaha berpindah dari zona nyamannya sendiri. Kalaupun dia berpindah, pasti ada sesuatu yang memaksa dia untuk pindah. Kebanyakan manusia malas untuk pindah, terutama karena mempertimbangkan faktor resiko. Untuk apa harus meninggalkan zona nyaman, sedangkan zona yang baru belum tentu lebih nyaman, malah bisa-bisa terperosok ke zona yang sangat tidak nyaman. Padahal secara teoritis, biarpun ada zona yang kurang nyaman dibandingkin dengan zona yang ditempati saat ini, pasti juga ada zona yang lebih nyaman di luar sana.

Demikian juga dengan idealisme. Jika seseorang sudah merasa nyaman dengan idealismenya saat ini, pasti sulit bagi dia untuk bergeser ke idealisme baru yang lebih baik. Padahal ilmu Tuhan itu tidak ada batasnya, dan tugas manusia adalah untuk belajar terus seumur hidupnya, maka seorang manusia selayaknyalah untuk selalu bergeser ke idealisme baru yang lebih baik hari demi hari. Meninggalkan zona nyaman lamanya menuju ke zona nyaman baru yang lebih baik, setapak demi setapak. Seperti filsafat anak tangga pembelajaran kehidupan, naik selangkah demi selangkah, anak tangga demi anak tangga, perlahan demi perlahan dengan penuh kehati-hatian.

Seiring dengan pertambahan usia, maka orang akan semakin arif menghargai perbedaan idealisme, karena menyadari bahwa setiap orang berada pada tingkatannya masing-masing yang tak selayaknya untuk dibanding-bandingkan. Tetapi tidak demikian dengan yang masih berjiwa muda. Jiwa muda adalah jiwa yang berapi-api tetapi juga masih sangat labil, penuh dengan perjuangan mencari jati diri. Kelabilan berarti membutuhkan suatu pegangan dan pijakan yang berupa zona nyaman. Mencari teman se-idealisme adalah untuk menguatkan dan meyakinkan diri sendiri dengan zona nyamannya. Sedangkan semangat yang masih berapi-api inilah yang menyebabkan jiwa muda untuk cenderung menyerang orang lain yang bertentangan idealismenya, karena dipandang bisa menggoyahkan zona nyamannya. Biasanya kelabilan ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Semakin tua seseorang, biasanya dia akan semakin toleran. Jika seseorang seumur hidupnya bersikeras mempertahankan idealisme yang sama, tanpa mau berubah sama sekali, meskipun itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik, maka itulah hidup yang sia-sia.

*dirangkum dari sumber-sumber yang sudah lupa entah dari mana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]