Laman

Jiwa, Pikiran, dan Badan

TTP (4) - Perbuatan

Dikatakan bahwa jiwa, pikiran, dan badan itu saling berhubungan, kait mengkait satu sama lain. Apa yang terjadi di jiwa akan berpengaruh di pikiran dan badan. Apa yang terjadi di badanpun akan mempengaruhi pikiran dan jiwa, sebagaimana yang sering disebut-sebut ‘men sana in corpore sano’. Jiwa dikatakan sebagai dasar pembentuk makhluk, karena adanya jiwa maka badan terbentuk, dan dengan ketiadaan dari jiwa maka badan akan tercerai berai. Sedangkan pikiran yang membentuk detail-detail pembedanya.

Pikiran adalah yang paling aktif, bahkan pada saat tidur dimana badan dan jiwa beristirahat, pikiran masih bekerja sebagai mimpi. Hanya pada saat tidur yang dalam, pikiran akan ikut beristirahat. Karena keaktifan pikiran tersebut, maka dikatakan bahwa sebagian besar penyakit timbul dari kesalahan pemikiran. Kesehatan badan sangat tergantung dari kesehatan pikiran dan jiwa, ataupun sebaliknya, karena memang hal itu berlaku secara timbal balik. Karena dominannya peranan dari pikiran, maka kualitas perenungan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari pikiran tersebut. Sedangkan perbuatan sendiri adalah suatu pengejawantahan dari suatu pikiran. Karena itulah dikatakan bahwa dasar utama dari perenungan yang baik terletak pada pengendalian pikiran dan perbuatan.

Seorang perenung yang sudah biasa melakukan suatu amalan perbuatan dengan tekun, konsisten, penuh kesungguhan dan konsentrasi, maka kemampuan mengendalikan perbuatannyapun akan meningkat. Dan ini akan diiringi dengan peningkatan dari pengendalian pikiran. Jika ini sudah tercapai, maka saatnya untuk meningkatkan ke tahapan ke dua yaitu: Menjaga kebersihan dan kesucian dari panca indera beserta pintu-pintunya. Perbuatan adalah pernyataan dari pikiran yang diekspresikan ke dunia nyata, dan badan adalah alat dari pikiran untuk melakukan perbuatan. Oleh karena itu menjaga kebersihan dan kesucian badan akan berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengendalikan perbuatan.

Menjaga kebersihan dan kesucian badan terutama dipusatkan kepada menjaga dan mengendalikan panca indra beserta pintu-pintunya. Pintu kelima indra adalah: mata, telinga, hidung, lidah, tubuh yang ditekankan kepada kedua lubang di bawah maupun tubuh secara keseluruhan, dan pintu yang tidak kasat mata yaitu pikiran itu sendiri. Seorang perenung harus memberikan perhatian khusus terhadap pintu-pintu tersebut. Dengan penuh kesadaran ia harus mencegah timbulnya noda-noda yang dicetuskan dari kesan-kesan indra. Sebagian besar dari noda-noda itu adalah berbentuk ‘keinginan’. Keinginan ini jika tidak diwaspadai maka akan menimbulkan banyak masalah lainnya seperti: segala macam keruwetan permasalahan baik yang besar maupun yang kecil, kesombongan baik yang besar maupun yang sangat halus, segala macam bentuk konflik diri seperti kemunafikan atau kepalsuan diri, dan segala bentuk dari kebodohan lainnya. Perenungan yang dalam terhadap kesucian indra dan pintu-pintunya ini akan meningkatkan tingkat kesadaran seseorang.

Referensi: sebuah buku saku tipis.

Artikel terkait:
TTP (3) - Perbuatan: Proses Vs Hasil Perenungan

Tujuh Tingkat Perenungan (1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]