Mumpung masih bulan Ramadhan, ingin juga sedikit membahas yang berhubungan dengan agama, yaitu hubungan antara Islam dan ISO (International Organization for Standardization ). Tetapi ini hanya pemikiran saya, maaf sebelumnya apabila ada kesalahan atau yang kurang berkenan.
Di Islam ada satu surat yang paling utama yaitu Al Fatihah, yang menjadi surat pembuka dari Al Qur’an dan disebut sebagai Ummul Kitab. Surat ini wajib dibaca minimal 17 kali dalam sehari. Di dalam surat ini ada ayat ke 6 yaitu “Ihdinas sirotol Mustaqim” yang artinya “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Inilah satu-satunya doa yang diwajibkan untuk dibaca di Islam. Ada banyak penafsiran dari ayat ini, baik yang resmi maupun yang tidak resmi. Salah satu penafsiran yang menarik adalah bahwa jalan yang lurus yang dimaksud adalah lurusnya antara hati, pikiran, dan perbuatan. Atau dalam bentuk konkritnya bisa juga adalah lurusnya antara perkataan dengan perbuatan. Dan ajaran lurus ini bukanlah hal mudah untuk dilakukan, biarpun mudah diucapkan. Demikian sulitnya ajaran ini sehingga diumpamakan seperti berjalan di atas rambut dibelah tujuh. Contoh yang lagi rame adalah bahwa seorang ulama atau ustad seharusnya mengajarkan hidup zuhud, dan apakah hidup mereka zuhud?
Selanjutnya adalah hubungannya dengan ISO. ISO adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standarisasi nasional setiap negara, dan didirikan tahun 1947. Salah satu produk utamanya adalah ISO 9000 yang berisi kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu. Prinsip dari manajemen mutu secara sederhana adalah “Tulis yang engkau lakukan, dan lakukan yang engkau tulis”. Dan prinsip ini ternyata sangat bersesuaian dengan ajaran Islam di atas. Sama seperti ajaran lurus di atas, prinsip ISO 9000 inipun terlihat mudah dituliskan, tetapi sangat sulit untuk ditaati diprakteknya.
Nah dari kedua prinsip di atas, maka kalau dihubung-hubungkan akan didapat kesimpulan: Ajaran tentang mutu ada di dalam Islam, dan oleh karena itu umat Islam harus menjadi umat yang bermutu dan harus selalu menjaga mutu. Contoh: kalau berbisnis janganlah sekali-kali mengurangi mutu, apalagi korupsi, karena itu adalah perbuatan yangtidak islami.
Referensi: ISO, “iso ra iso yo kudu iso” (motto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar